Keraguan dapat merubah seseorang. Dan juga berakibat fatal jika terjadi di saat yang tidak tepat.
Setiap
atlet olahraga menjadikan RAGU sebagai kata tabu untuk mereka. Menurut Anda, apa
akibat yang terjadi di saat atlet lempar lembing mengalami keraguan pada saat
melempar sedangkan dia hanya mempunyai 2x kesempatan untuk memperbaiki lemparan
yang pertama?
Seorang
anak jenius yang akan mengikuti lomba olympiade matematika pun saat mengalami
keraguan dalam menjawab akan terlambat sepersekian detik dari lawannya.
Calon
mempelai pria tidak akan dapat melanjutkan ke jenjang pernikahan di kala dia
mengalami keraguan di hatinya.
Seorang
wanita yang di dalam hati kecilnya ada keraguan bahwa pasangannya sudah
mencintai wanita lain menutupinya dengan keyakinan bahwa dia tidak mungkin
berpaling, tapi apa akibatnya?
Inilah
akar masalahnya, darimana keraguan tersebut berasal?
Padahal,
betapa dahsyatnya hasil dari keragu – keraguan tersebut. Keraguan kecil akan
menjalar, seiring berjalannya waktu, memperlambat langkah, menghentikan gerak, membekukan
lisan, menghentikan pikiran, sehingga akhirnya tidak ada yang terselesaikan.
Pada
akhirnya, akan ada banyak pihak yang di kecewakan, semakin banyak pula
kesalahan tertumpuk dan sulit untuk termaafkan. Yang pada akhirnya menyudutkan Anda,
sehingga kemungkinannya ada dua, di hadapi atau lari.
Adalah
hal yang lumrah pada saat manusia merasa ragu, perasaan pernah tersakiti,
pengalaman buruk di masa lalu yang dimanifestasikan dalam bentuk nyata, cibiran
dan ketiadaan dukungan dari orang terdekat, rasa takut mencoba dan mengalami
kegagalan.
Padahal
sebenarnya solusinya hanya ada dalam diri Anda saja. Anda mungkin tidak jujur
terhadap keadaan, terhadap orang – orang di sekitar Anda. Anda mungkin belum
bisa pasrah.
Atlet
lempar lembing pada saat mengalami keraguan takut akan kegagalan, apakah dia
pernah bercerita bagaimana stressnya saat akan menghadapi pertandingan?
Peserta
lomba olympiade matematika, calon mempelai pria, begitupula dengan wanita
tersebut apakah dia sudah jujur dengan perasaan ragu dalam hatinya? Kenapa
tidak di akui saja? Kenapa tidak dikatakan bahwa keraguan itu ada dalam
dirinya?
Pada
saat tulisan ini dibuat, Penulis telah mengalami banyak guncangan hebat
mengenai keraguan. Perlu beberapa waktu lama dan juga butuh kesabaran dari
orang – orang terdekat untuk penulis bisa bangkit kembali.
Dan
selama ini dari hasil pengalaman dan juga eksperimen sosial yang telah Penulis
lakukan, keraguan tersebut memang harus di akui benar adanya, bahkan jika perlu
Anda perlu menangis karena rasa takutnya, berteriak pada orang – orang disekitar
bagaimana cemasnya, sakit perut karenanya. Respon yang normal dan diharapkan.
Karena
kita manusia bukan? Sedangkan kita memiliki Yang Maha Besar, yakni Allah swt.
Sebagai
sosok manusia lemah, wajar jika ada perasaan takut saat akan memulai hal yang
baru, bertemu dan berkomitmen dengan orang baru, bahkan untuk menghadapi permasalahan
yang kita sempat lari darinya. Tapi bukankah Allah swt juga sudah
memberikan
solusi dari rasa ragu tersebut?
Artinya
:
Wahai
orang – orang yang beriman, jauhilah dari kebanyakan berprasangka buruk, karena
sesungguhnya sebagian dari prasangka buruk itu adalah dosa... (Al Hujurot : 12)
Allah
memberikan takdir pada kita untuk ragu, supaya bisa yakin terhadap
kekuasaan-Nya dan pertolongan-Nya, senantiasa berdoa kepada-Nya dan berserah
diri. Apa lagi yang bisa manusia lakukan selain melakukan hal tersebut?
Jujur
mengenai perasaan kita terhadap Sang Pencipta justru melegakan hati bukan?
Bukankah
dari hati yang lega dan lapang kita bisa percaya diri dengan langkah yang
diambil?
Comments
Post a Comment